Saturday, April 23, 2011

Project Management : Pengembangan Software

Software Project Management merupakan bidang yang menarik untuk dipelajari dan tulisan saya di sini lebih difokuskan kepada apa yang telah saya lakukan selama ini. Suatu Software Project dapat dilakukan oleh Konsultan atas permintaan User atau juga bisa merupakan Suatu Internal Development Project , dan dalam tulisan ini, yang dibahas adalah Software Project yang dilakukan oleh Konsultan yang telah ditunjuk oleh User.

Apa yang saya lakukan dalam suatu software project management selama ini adalah dengan menerapkan SDLC (software development life cycle) yang tediri dari :
1.  Project Kick Off
2.  Project Plan : menentukan jadwal dan resource
3.  Requirement Gathering & Analysis
4.  Design
5.  Development / Coding
6.  Sistem Integration Test
7.  User Acceptance Test
8.  Data Migration
9. Go Live

Berikut adalah penjelasan singkat terkait hal-hal tersebut di atas :

Project Kick Off

Tahap ini merupakan awal dari project. Tahapan ini dilakukan dalam suatu rapat yang dihadiri oleh Tim User dan Konsultan. User menyiapkan summary cakupan project serta tahapan serta deliverables yang diharapkan. Tahap ini dilakukan dalam bentuk rapat resmi disertai dengan notulensi. Catatan rapat ini akan didistribusikan ke seluruh  pihak yang terkait dengan project dan menjadi landasan kegiatan selanjutnya. Pada tahap ini juga ditentukan Person In Charge (PIC) baik dari sisi User maupun dari sisi Konsultan. Project Kick Off dilakukan dengan merujuk kepada kontrak atau SPK yang telah ditandatangani.

Project Plan

Perencanaan project merupakan tahap yang sangat penting. Pada tahap ini, project manager membuatkan draft jadwal atas keseluruhan kegiatan project, sehingga dapat memberikan gambaran kepada setiap orang yang terlibat di project. Project manager juga menyiapkan resource yang akan dilibatkan pada project. Sehingga target utama dari Plan Project ini adalah untuk mendapatkan gambaran kapan setiap tahapan project dilakukan dan kapan selesainya serta siapa saja personal yang terlibat dalam project. Hal ini dapat dibuat berdasarkan kontrak pekerjaan yang telah dibuat dan ditandangani sebelumnya.

Business Requirement Gathering and Analysis

Pendefinisian masalah merupakan hal yang esensi dari sebuah Software Project. Setiap bagian/unit/divisi yang akan menjadi pengguna software, wajib mengirimkan perwakilannya pada proses ini.  Tanpa keterwakilan dari salah satu bagian/unit/divisi, assesment kebutuhan menjadi tidak tepat yang pada ujungnya akan memberikan solusi software yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Pada tahap ini sering kali terjadi konflik kepentingan antara pekerjaan operasional dengan menghadiri meeting requirement assessment, untuk itu sangat diperlukan dukungan penuh dari pimpinan perusahaan dari sisi User untuk memberikan prioritas utama pada project ini. Solusi konflik kepentingan ini sering kali dengan menetapkan minimal satu orang perwakilan dari setiap bagian/unit/divisi yang terlibat secara penuh project ini dari awal sampai akhir. Jadi walaupun masih ada tanggung jawab operasional, PIC ini tetap memprioritaskan waktunya di project. Untuk melengkapi hal tersebut, penentuan PIC sebaiknya juga disertai dengan penetapan KPI (Key Performance Indicator) tambahan atas karyawan tersebut atas keterlibatannya di Project Software ini.

Konsultan biasanya akan mengirimkan Project Manager, Business Analyst dan System Analyst nya ke meeting ini. Project Manager memastikan meeting ini berjalan tepat waktu, dihadiri oleh peserta meeting yang diharapkan, menentukan target meeting dan memastikan agar target pertemuan tercapai. Business Analyst mempelajari kebutuhan User, membuat hipotesis awal, menyiapkan daftar pertanyaan dan menanyakannya ke User, mencatat jawaban-jawaban yang diterima, melakukan analysis kebutuhan, menyiapkan minutes of meeting. System Analyst memberikan konfirmasi kesanggupan teknis saat dibutuhkan oleh Business Analyst. Hal-hal kritikal akan sangat ditentukan dari kesanggupan teknis yang dikonfirmasi oleh System Analyst dalam menjawab kebutuhan User.

Konsultant akan menganalisis seluruh hasil interview dengan pihak user ini. Produk dari tahap ini adalah dibuatkannya Functional Spesification Document (FSD). FSD akan menjadi rujukan semua pihak yang terlibat di Project ini. FSD akan menjadi rujukan utama programmer dalam pembuatan program dimana salah satu isi utama dari FSD adalah desain screen-screen dari software yang akan dikembangkan. FSD yang salah akan berdampak pada solusi software yang tidak salah.

Design

Tahap desain sangat menentukan kualitas atas software yang akan dibuat. Pada tahap desain dilakukan pembuatan Flow Process, Data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram, Program Framework dan Struktur Class dan aspek teknis lainnya. Seluruh pekerjaan pada tahap disain dibuat berdasarkan FSD yang telah disepakati pada tahap sebelumnya. Desain solusi  yang baik akan sangat memudahkan dalam pembuatan program yang akan dikembangkan. Data Flow Diagram yang efektif dan efisien akan membuat solusi menjadi lebih cepat dan lebih mudah direalisasikan. Entity Relationship Diagram menentukan kualitas database yang akan dibangun. Kesalahan yang sering terjadi adalah ERD tidak dibuat secara akurat sehingga menghasilkan kualitas database yang redundan dan tidak efisien. DFD merupakan alur data dari business process yang sedang dipelajari, sedangkan ERD merupakan tipe hubungan antara 2 atau lebih entitas di dalam business process tersebut.

Coding/Development

Inti dari project software adalah coding/developmen program. Umumnya, kualitas dari program sering berdasarkan pada kualitas si programmer yang bersangkutan. Software Project Management yang baik akan membuatkan struktur class yang lengkap dan stabil sebagai framework utama. Dengan pembuatan struktur class dan framework yang baku, variasi dan kesalahan programmer dapat diminimilisasi. Tanpa itu akan terjadi tingkat variasi dan kesalahan yang sering kali tinggi dan mengurangi kualitas software yang dibangun, untuk itu peran senior developer dalam suatu project software akan sangat penting, terutama

Saat ini banyak sekali pilihan bahasa program beserta Integrated Development Environment-nya (IDE), namun yang saat ini banyak digunakan adalah Java, PHP, Miscrosoft Visual Studio. Net, serta pengembangan untuk platform mobile seperti Android, Apple dan Blackberry. Terlepas dari perbedaan pemilihan tools development, penerapan konsep Object Oriented Programming (OOP) merupakan seuatu keharusan dan tetap dijaga untuk memberikan kualitas software yang efektif dan efisien, konsep class dan framework yang baik akan memberikan kemudahan dan keseragaman dalam pengembangan software.

Pembuatan Test Script

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahapan coding/Development yang dilakkan oleh Business Analyst bersama tim User, tujuannya adalah membuat suatu skenario test yang lengkap dan komprehensif sesuai dengan proses real yang diinginkan oleh user sehingga bisa menggambarkan kondisi proses sebenarnya. Test script ini harus benar-benar mewakili cerita sebenarnya yang dilengkapi dengan contoh nilai-nilai masukan beserta hasil yang diharapkan. Dengan adanya test script yang lengkap dan komprehensif, maka testing bisa dilakukan oleh siapa saja, walaupun tidak terlibat di tahap awal project software, dimana orang yang akan melakukan testing, cukup memasukan nilai awal sesuai test script dan melihat apakah nilai yang dihasilkan sudah sesuai dengan hasil perhitungan manual yang tercantum pada test script. Kasus-kasus test script harus divariasikan sesuai dengan kemungkinan variasi pada proses sebenarnya.

Sistem Integration Test (SIT)

Pada tahap ini, modul-modul yang telah dikembangkan akan diintegrasikan menjadi suatu solusi lengkap. Setelah diintegrasikan, sistem akan diujicobakan dengan menggunakan test script yang sudah dibuat sebelumnya. Pengujian ini dilakkukan oleh internal konsultan tanpa melibatkan user, namun test script yang digunakan tentunya sudah disesuaikan dengan keinginan user dan disetujui user. Bila hasil dari ujicoba tidak sesuai dengan hasilyang tertera di test script, maka program masih salah dan perlu diperbaiki. SIT telah selesai apabila seluruh input test script telah diujicobakan dan hasilnya juga telah sesuai dengan yang ada di test script. Business Analyst adalah PIC yang melakukan testing pada proses SIT ini. Programmer akan melakukan perubahan yang diperlukan sampai diperoleh hasil yang diharapkan sesuai test script.

User Acceptance Test (UAT)

Tahap ini kurang lebih sama dengan yang dilakukan pada tahap SIT, hanya saja yang melakukan adalah User dari bagian/unit/divisi terkait. Tantangan yang muncul pada tahapan ini adalah memastikan agar user terkait dapat menghadiri jadwal UAT sesuai dengan waktu yang disepakati. Suatu sistem yang diintegrasikan biasanya melibatkan beberapa  bagian/unit/divisi, sehingga ketidakhadiran salah satu perwakilan dari bagian/unit/divisi tertentu akan memundurkan jadwal UAT sehingga jadwal keseluruhan juga jadi terganggu. Untuk itu perlu dilakukan pendeketan secara dini ke setiap pimpinan bagian/unit/divisi terkait sehingga mempunyai kesadaran dan persepsi yang sama mengenai pentingnya software yang sedang dikembangkan. Walaupun batasan pekerjaan dan batasan proses ujicoba sudah digariskan dengan testscript yang disepakati sebelumnya, namun demikian tidak jarang pada saat UAT, user menemukan suatu variasi testing yang ternyata tidak ada di test script dan hal terburuknya adalah feature yang tidak tersedia tersebut harus di develop oleh programmer. Hal ini tentunya akan menunda penyelesaian UAT, namun apabila hal itu memang harus terjadi, maka harus mendapat persetujuan dari kedua belah pihak. Masalah yang sering terjadi adalah pihak konsultan sering disalahkan pada saat terjadi kemunduran jadwal karena tidak mendokumentasikan dengan detail hal-hal yang menjadi new request selama proses UAT. Proses UAT biasanya adalah proses yang paling sibuk/ramai dibanding tahap lainnya di SDLC, karena pada tahap ini seluruh pihak terkait biasanya langsung saling berinteraksi, jadi adalah sangat bijaksana bila seorang Project Manager mengantisipasi hal ini sedini mungkin, salah satunya adalah pada saat requirement gathering dan pembuatan test script yang seakurat mungkin. Selain itu, dengan penanganan new request yang baik, masalah keterlambatan penyelesaian UAT dapat diselesaikan dengan baik.

Data Migration

Software dibuat dengan tujuan untuk menggantikan proses manual yang selama ini terjadi menjadi suatu proses yang otomatis, atau mengganti sistem lama dengan sistem baru yang dianggap lebih baik, atau melakukan penambahan program atas existing program. Jenis manapun dari pengembangan software tersebut di atas harus melalui tahap yang dinamakan Data Migration atau Migrasi Data. Untuk pelaksanaan data migration, beberapa hal harus dipersiapkan yaitu : penyiapan existing data yang digunakan secara manual atau yang digunakan oleh sistem yang lama, pembuatan script untuk melakukan one time migration dimana data yang lama akan diupload ke sistem baru dengan menggunakan script migrasi tersebut. Selain itu yang harus disiapkan adalah cut off dimana data migration akan dilakukan, pemberitahuan ke seluruh pengguna sistem lama kapan cut off data akan dilakukan dan berapa lama sistem akan off, pembuatan panduan step by step dalam melakukan migrasi data, dan terakhir adalah pembuatan Fall Back Plan dimana bila proses migrasi ini gagal, maka data lama akan dikembalikan lagi ke enviroment production, sistem baru diangkat kembali dan sistem lama di kembalikan lagi. Setelah semua data terbukti berhasil dimigrasikan dan user sudah melakukan final cek atas data hasil migrasi di sistem baru, maka migrasi data selesai dilakukan.

Go Live

Ini adalah suatu tahap dimana semua proses SDLC sudah selesai dan user sudah bisa menggunakan sistem baru dengan existing data. Setelah Go Live bukan berarti tidak ada problem lagi, sering kali suatu sistem akan terlihat masalahnya pada saat sistem Go Live di production server, namun dengan penanganan proses project management yang handal, problem ini seharusnya dapat diminimalisasi.

Support

Untuk menjamin agar sistem berjalan bagus dan stabil setela production, diperlukan mekanisme support yang efektif, dengan Service Level Agreement (SLA) yang disepakati oleh User dan Vendor.  Issue biasanya digolongkan menjadi Critical/Stopper, Urgent, Important dan Nice to Have, dan masing-masing kriteria issue ini akan disolusikan dengan SLA yang berbeda-beda


Sementara demikian dulu penjelasan singkat mengenai Software Project Management, tulisan berikutnya akan membahas mengenai setiap tahapan dengan lebih detail beserta dengan template-template yang sering digunakan.

3 Comments:

At September 1, 2015 at 11:09 AM , Blogger Unknown said...

Terima kasih infonya, sangat bermanfaat :thumbup:

 
At September 12, 2015 at 5:03 PM , Blogger Unknown said...

trims infonya, sangat bermanfaat, bung!

 
At March 23, 2016 at 2:39 PM , Blogger Richard C. Lambert said...

Understand that... at the time of creating a business case, any estimates of effort/money is guesswork. Later, the project is expected to be doing the needed work to solidify estimates. easy to use project management software

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home